IKLAN

www.jaringanpenulis.com

[CERPEN] KAMU DAN AKU ditulis oleh Nnoviyan

Cerpen Romance

sumber gambar : brilio.net


AKU DAN KAMU

ditulis oleh Nnoviyan


"Fanny," panggilan itu membuat kesadaranku terkumpul.

“Sedang menulis apa?"

Ku tutup buku bersampul pink yang sempat kutulisi dan berkata, "Tidak, aku hanya jenuh."

Dia duduk di sampingku.

"Ini sudah waktunya pulang, aku akan mengantarkanmu," tawar lelaki itu yang sering kupanggil Fay.

Ya, bel memang sudah berbunyi sejak tadi yang artinya pelajaran hari ini telah selesai tapi aku masih setia duduk di meja belajar bersama coreta usang.

"Terima kasih tawarannya.” Kulemparkan senyum padanya.

"Tapi hari ini aku akan ke taman kota jadi maaf aku tak bisa," tolakku secara halus. 

Selama ini Fay selalu baik padaku, apalagi saat aku punya masalah dia selalu ada. Dulu dia temanku, tapi status itu berubah saat kami dijodohkan seminggu yang lalu karena ayahku mengalami kebangkrutan dan ayahnya membantu dengan syarat aku menjadi tunangan Fay. 

Lelaki bernama asli Fayyan Fedris itu sekarang adalah tunanganku. Dia berkacamata, mancung dan pintar. Persisi seperti kutu buku. Sebenarnya aku senang berteman dengan Fay. Namun, untuk menjadi tunangan aku belum siap.

"Aku temani ya?" tanyanya kembali.

"Aku ingin sendiri." Ku bereskan semua barang-barangku dan segera pergi meninggalkannya. 

Entah kenapa rasa kesal selalu hadir saat dia mencoba berinteraksi denganku. Seharusnya, aku tak pernah mengenalkan dia kepada ayah. Jika pada akhirnya aku akan dijodohkan seperti ini.

Fay nampak kecewa dengan sikapku, akhir-akhir ini aku suka menolak tawarannya. Mulai dari dinner, jalan, atau sekedar bercengkrama aku kadang menolaknya seperti tadi. Aku hanya perlu ketenangan.

Satu minggu lagi akan menghadapi ujian. Kami beda kelas, dia fakultas kedokteran sedangkan aku berada di fakultas sosiologi.

Dua jam berlalu, aku masih berjalan-jalan di taman kota Bogor ini. Tak ada niatan untuk pulang, bahkan untuk bertemu siapapun. Kupikirkan sekarang hanyalah dia, seseorang yang pernah ku prioritaskan.

Ah, bagaimana keadaannya?! Aku rindu. Sakit ini masih terasa. Saat dia menangis di hadapanku, meminta agar menolak tunangan aku dan Fay. Aku bukanlah gadis matre tapi bukankah cinta saja tak cukup untuk hidup? Perlu uang untuk makan, perlu uang untuk hidup. Aku memutuskan meninggalkannya dan menerima tunangan Fay yang sudah jelas bisa menghidupiku.

Akibat melamun, aku tak menyadari sebuah mobil besar memberi tanda agar menepi. Bukannya begitu, aku malah membiarkan benda berat itu menyentuh tubuhku dengan keras sehingga terpental jauh dari tempat berdiri. Kudengar banyak orang yang menjerit dan segera menghampiriku. Aku baik-baik saja, hanya sedikit luka di bagian tangan dan kaki serta pelipis dan hidung mengeluarkan darah. Rasanya aku ingin mati saja daripada seperti ini.

Entah bagaimana ceritanya, ketika aku sadar. Ruangan putih dan jarum inpus melekat pada tanganku. Terlihat Fay sedang duduk tertidur di sebelah kanan. Aku tak punya tujuan apapun, fikiran kosong. Ku usap rambutnya perlahan, dia tunanganku sudah sepantasnya melindungi. Tapi mengapa aku selalu ingin menolak kata kitu.

"Fay," panggilku lembut.

Dia masuh belum bangun, ku cubit hidungnya lama sehingga dia seperti ikan pop kehilangan napas. Lucu sekali, kejadian itu sukses membuatku tersenyum.

"Fanny kau sudah sadar?" Refles dia langsung memegang tanganku.

Kuanggukan kepala tanda mengiyakan.

"Aku khawatir," lanjutnya langsung mencium tanganku.

Ku hela napas dan mungkin ini saatnya aku berkata, "Fay, aku tak mencintaimu. Aku masih memikirkannya."

Terlihat wajahnya berubah drastis. Lima detik kemudian dia tersenyum, "Aku kan menunggumu sampai kau siap, dan melupakannya."

"Aku tak bisa." Kuhela napas kembali.

Jujur aku tak bisa menyayanginya lebih dari seorang teman. Tak bisa.

"Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, biarkan cinta hadir karena telah terbiasa," ucapnya mengutip lagu "Risalah Cinta" dari Dewa 19. Aku diam.

"Beri aku kesempatan, Fanny Aresha." Ku paksakan tersenyum dan anggukan kepala.

Mungkin, aku akan coba mencintainya dan lupakan masa lalu ku.

Setelah sekian hari berlalu dari kejadian itu, Fay lebih sabar menghadapiku. Fay lebih mengertikan, saat cuek, dingin, dan emosi dia dapat menenangkanku. Bahkan saat nilai ujianku turun dia bisa menghiburku lebih semngat lagi. Merangkulku, memelukku intinya aku lebih tenang saat bersamanya sekarang. Fay memang membuktikan omongannya pada waktu itu

Benar apa katanya. Biarkan cinta Hadir karena telah terbiasa. Kini sudah 2 tahun aku bersama Fay, kami telah menikah sebulan yang lalu. 

Hari ini adalah jadwal kami honymoon.

Di satu pantai kami melihat senja bersama, diiringi lagu I Just Wanna Hold You In My Arms seperti mewakili semua perjuangan Fay selama ini yang selalu ada di sampingku.

"Fay, aku tak pernah menyangka akan mencintaimu," ucapku tiba-tiba.

"Dan aku tak menyangka bisa membuatmu yakin seperti ini," balasnya seraya merangkulku. 

"Sekarang aku yang akan menanggung semua kebutuhan hidupmu. I Love You, Fanny Aresha," lanjutnya dan mencium keningku lembut.

Ini bukanlah akhir dari perjuangannya justru awal di mana nanti akan mengurus rumah tangga, beserta anak-anaknya yang keluar dari rahimku. Kami saling melemparkan senyum, dan dia kembali memeluku erat.


Sukabumi, 5 Desember 2018

Posting Komentar

0 Komentar