IKLAN

www.jaringanpenulis.com

Sinopsis FTV “BATAGOR KUAH VS MODEL IKAN”

Sinopsis FTV
“BATAGOR KUAH VS MODEL IKAN”


Ide Cerita
Tia M. Surjatman
 


Okta (22 tahun) menjadi penjaja model. Tapi model ini adalah model ikan yang menjadi makanan khas daerah Palembang. Meski Muryani (50 tahun), ibu Okta, menentangnya, tapi ia tetap pada pendiriannya untuk melakukan usaha apapun daripada menganggur. Alih-alih mendukung, Muryani malah mendesak dan memaksa Okta agar menikah dengan Sultan (25 tahun), seorang anggota polisi, tetangganya.
Di taman kota Bandung, Okta harus berebut lapak dengan Ujang (24 tahun). Karena area yang dipersempit, maka penyelenggara hanya mengizinkan satu penjual untuk jenis makanan yang sama. Meski Okta berjualan model ikan dan Ujang berjualan Batagor kuah, tapi penyelenggara menganggap kedua makanan itu sama. Okta menyulut pertengkaran dengan Ujang dan membuat gerobak mereka masing-masing rusak. Ujang dan Okta mendatangi penyelenggara untuk menyelesaikan permasalahan ini. Perdebatan masih terus terjadi antara Ujang dan Okta. Karena tak menemukan jalan keluar, penyelenggara memutuskan akan mengizinkan siapa saja yang dagangannya paling laris, akan menempati satu lapak terakhir. Tapi karena hari itu, dagangan mereka sudah hancur. Perhitungan baru akan dilakukan besok.
Muryani yang mengetahui Okta mendapat masalah di tempat jualan tertawa dan menyuruh Okta menyerah. Heru (24 tahun) teman dekat Okta kesal mendengar cerita Okta. Ia yang sejak lama menaruh hati pada Okta berencana akan membantu Okta. Apalagi Muryani jelas menunjukkan ketidak sukaan pada Heru. Heru bertemu dengan Sultan, ia merasa bersaing dengan Sultan untuk mendapatkan Okta. Heru menantang Sultan untuk memenangkan hati dan membantu Okta menyelesaikan masalahnya. Sultan santai menanggapi tantangan tersebut. Okta yang memang dekat dengan Heru menyuruh Heru tidak memperdulikan Sultan. Okta menunjukkan keengganannya berhubungan dengan Sultan, meski Muryani terus menjodohkan.
Didin (50 tahun), ayah Ujang yang mendengar berita itu langsung menyalahkan Ujang yang tak bisa mempertahankan lapaknya. Ia menganggap Ujang tak becus mengurus jualan batagor kuahnya. Neneng (20 tahun), adik Ujang, membantu Ujang mempersiapkan dagangan. Neneng tahu Ujang membutuhkan uang mulai berjualan. Neneng merelakan tabungannya untuk modal.
Didin datang ke rumah Okta. Dengan ramah dan hangat khas warga Bandung memperkenalkan diri sebagai pemilik gerobak Batagor kuah. Pak Didin membujuk agar Okta memindahkan gerobak jualannya dari taman kota. Agar batagor kuah miliknya tetap bisa berjualan. Okta menolaknya. Muryani malah ikut membujuk Okta agar berhenti berjualan. Okta bersikeras tetap berjualan meski harus berlomba. Heru datang dan membela Okta. Tapi Okta lebih memilih meninggalkan Muryani dan Didin.
Besok harinya, ketika Ujang dan Okta memulai persaingan dengan ketat. Jualan Okta laris manis. Pembeli yang datang, banyak mencemooh Ujang yang dianggap rasis. Ujang hanya bisa diam tanpa tahu cerita sebenarnya. Keriuhan bertambah dengan datangnya Sultan bersama teman-temannya. Kedatangan Sultan membuat Heru marah, ia meninggalkan Okta yang kewalahan melayani pembeli.
Ujang yang melihat Okta kewalahan akhirnya menawarkan bantuan. Okta awalnya curiga dengan niat baik Ujang, tapi Okta tak punya pilihan selain menerima bantuan Ujang. Mereka berdua melayani pembeli model ikan Okta. Sultan yang melihat gerobak Ujang yang sepi, bertanya tentang berita yang viral di medsos. Ujang dan Okta sama-sama kaget ketika mengetahui adanya berita hoax tersebut. Okta menjelaskan ada Pak Didin yang datang ke rumahnya dan membujuknya mengalah. Ujang mengaku Didin yang dimaksud adalah ayahnya. Sultan minta diantarkan ke rumahnya.
Pak Didin dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Ujang kecewa dengan Pak Didin. Ujang percaya tak percaya jika ayahnya yang menyebarkan kabar itu. Ayahnya memang takut kehilangan lahan jualannya, tapi Ujang tak mengira ayahnya akan nekad menyebarkan berita hoax. Ia menolak ikut ke kantor polisi. Neneng yang mengetahui itu menuduh Okta telah memperalat Pak Didin untuk menguntungkan usahanya. Mendapat tuduhan tersebut Okta tak terima. Ia meminta Ujang untuk sama-sama mencari kebenaran tentang penyebar berita hoax tersebut. Di bantu Neneng dan Sultan, Ujang dan Okta mulai mencari penyebar hoax. Kebersamaan yang mereka lalui justru mulai menimbulkan benih-benih cinta.
Setelah mencari sumber penyebar justru mengarah pada Heru. Okta kaget ketika mengetahui itu. Mereka akhirnya mencari Heru agar pak Didin bisa bebas dari tuduhan. Heru berhasil di temukan di rumah Okta. Ketika Sultan akan meminta keterangan Heru ternyata Muryani yang menjadi dalang semua ini. Okta antara percaya dan tidak harus. Heru dan Muryani di bawa ke kantor polisi. Mereka berdua terbukti bersalah dalam kasus berita hoax. Sedangkan Pak Didin dibebaskan.
Okta tak bisa lagi berjualan karena terbukti curang. Muryani dan Heru juga ditahan. Ujang mengajak Okta berjualan membantunya. Mereka membuat batagor kuah bersama-sama. Kebersamaan semakin menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya. Pak Didin menyetujui ketika Ujang ingin berbagi gerobak dengan Okta. Jadi gerobak mereka akan dibagi dua dengan dua menu, yaitu Batagor kuah dan model ikan. Neneng senang karena kedekatan Okta dan Ujang juga mendekatkan Sultan dengannya. Sejak pertama bertemu Sultan memang menaruh hati pada Neneng. Sultan datang untuk melamar Neneng.
Saat acara lamaran antara Neneng dan Sultan digelar, ternyata Sultan mendapat tugas dadakan, sehingga ia meninggalkan prosesi lamaran. Untuk menenangkan suasana yang tiba-tiba kacau, akhirnya Pak Didin meminta Ujang dan Okta menggantikan bertunangan. Okta menyetujui. Saat acara berlangsung, Muryani dan Heru datang. Ujang dan Okta cemas Muryani dan Heru mengacaukan acara. Tapi ternyata mereka meminta maaf untuk kesalahan mereka.
Ujang dan Okta berakhir bahagia. Karena perbedaan akan indah jika disatukan, bukan dipisahkan.


-SEKIAN-



KARAKTERISASI PEMAIN
  1. Okta (22 tahun)
Penjual model ikan, tinggi 150 cm, rambut pendek, kulit sawo matang, keras kepala, pantang menyerang, curigaan, Sulit di nasihati.
  1. Ujang (24 tahun)
Penjual batagor kuah, tinggi, putih, kurus, sopan, mengalah, menghindari masalah.
  1. Sultan (25 tahun)
Anggota polisi, baik tapi tegas, keras.
  1. Heru (24 tahun)
Teman dekat Okta, perhatian, ramah, sering bertindak tanpa berpikir, menyukai Okta, tinggi, kulit sawo matang.
  1. Neneng (20 tahun)
Adik Ujang, cengeng, perhatian, imut-imut.
  1. Didin (50 tahun)
Keras, tak mau mengalah, bijaksana, khas bapak-bapak suku sunda.
  1. Muryani (50 tahun)
Suka Memaksakan kehendak, tak mau mengerti keinginan anak, keras.

Posting Komentar

0 Komentar