IKLAN

www.jaringanpenulis.com

TAKDIR LAIN oleh Cerpenis, "Yuarandhi Shulistyo Nooraruma"

 TAKDIR LAIN

Oleh : Yuarandhi Shulistyo Nooraruma


sumber gambar : google.com


Astra Hassanudin biasa orang-orang memanggilnya Ahass. Ahass lahir di sebuah desa daerah pegunungan Muria dan keluarganya termasuk orang yang mampu. Keluarganya memiliki kebun teh 10 hektar, sapi limosin 50 ekor dan kambing 100 ekor. Meskipun keluarganya merupakan orang paling kaya di desanya tapi Ahass tidak pernah sombong. Ahass terkenal mandiri, ramah, dan baik hati dengan tentangganya. Sejak kecil Ahass selalu membantu orang tuanya mengurus kebun dan ternak. Ahass memiliki satu saudara yang bernama Vardansyah Rio yang biasa dipanggil Vario. Vario hanya terpaut 1 tahun lebih muda dari Ahass.

***

Sebulan yang lalu, Ahass baru saja lulus sekolah. Ahass sekolah di SMK Muria jurusan bisnis dan pemasaran. Setelah lulus sekolah, Ahass langsung memfokuskan diri pada tahap selanjutnya, yaitu memulai kehidupan sebagai seorang pemuda yang mandiri yang tidak ingin merepotkan orangtuanya lagi dan keputusannya adalah mencari pekerjaan ke salah satu kota besar. Setelah itu Ahass memberanikan diri untuk meminta restu kedua orang tuanya tapi dia harus mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya.

Saat makan malam tiba, ayah Ahass bertanya, “Hass, kamu kan udah lulus SMK… Setelah ini kamu mau kuliah atau mau langsung kerja?”

“Ahass sepertinya mau langsung kerja aja, Pak!” jawab Ahass.

“Yakin? Tidak mau kuliah dulu? Bapak masih bisa biayain kuliah kamu kok,” ujar ayahnya untuk memastikan.

“Tidak usah, Pak. Ahass sudah mantap untuk bekerja aja,” jawab Ahass dengan tegas.

“Lalu mau kerja apa kamu? Gimana kalau kamu ngurus kebun saja?” Begitu ujar ayahnya sembari mencoba menawarkan pekerjaan ke Ahass.

“Tidak, Pak. Ahass ingin cari kerja di Semarang. Ahass ingin berusaha dengan usaha Ahass sendiri.” Ahass menjawab dengan penuh keyakinan.

Setelah mendengar jawaban Ahass yang penuh keyakinan, kedua orang tuanya merestui Ahass untuk mencari kerja ke Semarang.

Tiga hari kemudian, Ahass berangkat ke Semarang dengan naik motor kesayangannya. Ahas hendak pamit kepada kedua orang tuanya.

Ibunya tiba-tiba berkata, “Kalau gagal pulang kampung aja ya?”

Ahass mengira ucapan ibunya itu sebagai candaan dan hanya memberikan seulas senyuman saja. Lalu Ahass berangkat dengan penuh keyakinan bahwa dia bisa sukses dengan cara dan usahanya sendiri.

Sesampainya di Semarang, Ahass menginap sementara di kos temannya yang bernama Gotrek yang kuliah disana. Ahass beruntung kos Gotrek ada fasilitas WIFI. Hal ini memudahkan Ahass untuk mencari informasi lowongan. Sembari mencari info lowongan kerja bagian pemasaran, dia juga mencari info kos-kosan yang murah tapi nyaman.

Bermodalkan uang hasil menyisihkan uang sekolahnya, Ahass mencoba bertahan di Semarang mencoba memasukkan berbagai lamaran yang membuka lowongan pekerjaan. Ahass mengecek email setiap hari untuk memastikan apakah ada balasan dari perusahaan yang dia lamar atau tidak.

Hidupnya kini mulai tidak tenang, tidur pun sudah tidak terjadwal, apalagi bangun pagi selalu berharap ada email atau ada suara dering ponsel yang asalnya dari perusahaan yang dia lamar. Setelah satu bulan berlalu, pagi harinya ponsel Ahass tiba-tiba berbunyi. Ternyata dia mendapat panggilan perusahaan otomotif dan harus datang hari itu juga. Ahass tanpa berpikir panjang langsung bersiap-siap untuk menuju ke lokasi. Ahass berangkat lebih pagi karena dia belum tahu lokasi perusahaannya. Di lokasi Ahass bertemu dengan banyak orang yang juga ikut melamar dan salah satunya dengan Tayo.

“Melamar bagian apa Mas?” tanya Ahass.

“Saya melamar sebagai montir Mas,” jawab Tayo.

“Oh, kalau saya melamar bagian pemasaran Mas,” tutur Ahass.

***

Setelah selesai wawancara, Ahass dan Tayo memutuskan untuk bertukar nomor telepon dan mereka pulang ke kos masing-masing. Hari demi hari Ahass menunggu jawaban dari perusahaan tapi tidak kunjung ada juga. Pagi itu Ahass mendapat telepon dari ibunya. 

“Halo hass, gimana perusahaan yang kemarin udah ada panggilan lagi?” tanya ibunya. 

“Belum, Bu. Belum rezeki kayaknya,” jawab Ahass

“Apa kamu balik ke kampung aja? Mengurus kebun keluarga aja daripada kamu luntang-luntung tanpa kejelasan di kota orang kayak gitu,” kata ibu untuk membujuk anaknya pulang ke kampung.

“Tidak, Bu. Aku masih belum menyerah. Aku masih bisa berusaha,” jawab Ahass menolak tawaran ibunya.

“Gimana kalau kamu coba buka usaha aja, Nak. Jika memang kamu tidak dapat-dapat pekerjaan mungkin kamu di takdirkan untuk berbisnis.” Ibunya memberikan saran ke Ahass.

“Sebenarnya Ahass juga ingin buka usaha, Bu tapi Ahass juga bingung mau usaha apa. Ahass juga enggak punya keahlian lain,” jawab Ahass dengan ragu.

“Hass, kamu tidak harus bisa melaukan semua hal. Contohnya aja kamu tidak harus bisa masak untuk bisa membuka sebuah restoran. Cukup cari partner yang tepat yang bisa membantumu mengembangkan usahamu.”

“Baik, Bu. Nanti coba Ahass pikirkan terlebih dahulu,” jawab Ahass sembari sedang berpikir. 

Setelah mendapat saran dari Sang Ibu, Ahass mulai memikirkan kira-kira usaha apa yang bisa dia lakukan. Ahass teringat dengan ucapan ibunya yang lebih baik mencari partner di usaha yang hendak dirintisnya. Seketika Ahass teringat pada Tayo, teman yang dia jumpai waktu wawancara di seuah perusahaan otomotif. Ahas menelepon Tayo.

“Halo Tayo, ini Ahass yang dulu ketemu kamu saat wawancara,” sapa Ahass ke Tayo.

“Oh ya, Ahass! Aku ingat. Ngomong-ngomong ada apa, Hass?” tanya Tayo penasaran kenapa Ahass menghubungi dia.

“Aku mau tanya Yo… Kamu udah dapat panggilan lagi dari perusahaan itu?” Ahass bertanya lagi ke Tayo.

“Tidak ada nih, Hass. Lha, kamu gimana?” Tayo bertanya balik ke Ahass.

“Aku juga, hehe. Kamu udah punya rencana mau apa setelah ini?” Ahass penasaran.

“Belum ada nih, bingung mau ngelamar kemana lagi.” Tayo bingung.

“Ketemuan yuk! Ada yang mau aku omongin.” Ahass mengajak Tayo untuk bertemu.

Tayo akhirnya menyetujui ajakan Ahass. Sehari setelah itu, tepatnya pada malam hari setelah shalat isya’, Ahass bertemu dengan Tayo di sebuah café di daerah peleburan. 

“Jadi gini Yo… Kita sama-sama tahu kalau kita sama-sama belum ada pekerjaan nih! Aku punya rencana untuk membuka usaha sebuah bengkel motor karena kamu kan dulu sekolahnya otomotif, jadi aku ingin ngajak kamu untuk menjadi patner dalam membangun bengkel ini.” Begitu ungkap Ahass mengajak Tayo untuk membuka usaha.

“Oh, aku sih, mau-mau aja tapi jujur, aku tidak punya modal uang sama sekali lho! Bagaimana?” kata Tayo polos.

“Tidak apa, kamu modal dengan skill-mu itu aja sudah cukup. Kalau masalah modal nanti aku aja. Jadi untuk keuntungannya nanti kita bagi dua gimana?”

Sejenak Ahass mencoba meyakinkan Tayo seperti ibunya meyakinkan Ahass.

“Oke, deal.” Tayo menyepakati tawaran Ahass.

Setelah pertemuan itu, Ahass langsung menghubungi ayahnya untuk meminjam uang yang akan dia pakai untuk membuka bengkel motor. Ayahnya yang sudah tahu rencana Ahass itu setuju meminjamkan uang sejumlah 10 juta.

***

Keesokan harinya, Ahass dan Tayo mencari bersama tempat yang akan disewa untuk dijadikan bengkel. Berkeliling kesana-kemari untuk menemukan tempat yang dirasa cocok dan strategis. Tak terasa tiga jam berlalu, mereka menemukan tempat yang cocok di daerah peleburan. Alasan mereka memilih tempat ini adalah karena lokasinya yang selalu ramai dengan mahasiswa UNDIP, apalagi di daerah sekitar belum terlalu banyak bengkel motor. Setelah itu, mereka membeli perlangkapan dan sparepart yang akan dijual. Ahass yang pernah sekolah jurusan pemasaran tidak lupa untuk memasarkan bengkelnya di sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan Youtube dengan memberikan diskon 50%. Waktu opening telah tiba seperti perhitungan Ahass, banyak yang datang untuk servis ke bengkel. Tayo sampai kewalahan untuk menangani.

***

Satu minggu berjalan, ternyata muncul sebuah permasalahan. Banyak pelanggan yang mengusulkan untuk adanya sistem booking agar mereka dapat memesan melalui ponsel mereka. Ahass dan Tayo pun kebingungan karena untuk membuat sistem seperti itu tidaklah murah. Disisi lain mereka harus memikirkan keuangan tapi disisi lain juga mereka harus mempertimbangkan masukan dari pelanggan.

Menurut Ahass masukan itu sangat berguna sekali bagi pelanggan dan bagi bengkel. Pelanggan tidak perlu datang dan menunggu lama ke bengkel, mereka bisa langsung booking melalui ponsel dan memantau urutan antrian dari ponsel pula. Ahass dan Tayo pun mencari akal untuk mengatasi masalah ini. Seketika Ahass teringat dengan temannya bernama Gotrek yang kuliah jurusan Teknik Informatika. Ahass juga ingat kau dulu waktu sekolah di SMK, Gotrek terkenal pintar dalam membuat sistem seperti itu. Ahass mencoba menghubungi Gotrek tetapi tidak diangkat.

Beberapa saat kemudian, Ahass ditelpon oleh Gotrek. Ahass menjelaskan ke Gotrek secara detail alasan dia menelepon tadi. Gotrek yang langsung paham dengan penjelasan Ahass.

“Oke. Beri aku waktu satu minggu,” tegas Gotrek. 

“Satu Minggu? Oke kalau begitu,” sahut Ahass.

***

Satu minggu berlalu, sistem yang dibuat oleh Gotrek akhirnya jadi juga. Gotrek datang ke bengkel mereka untuk menjelaskan ke mereka bagaimana cara mengoperasikannya. Ahass dan Tayo langsung mencobanya. Setelah adanya sistem ini, antrian bengkel mereka makin tersusun rapi hingga tidak ada istilah makna kata membludak karena pelanggan hanya datang saat gilirannya saja.  

***

Satu tahun berlalu, bengkel Ahass dan Tayo menjadi sangat dikenal. Mereka sekarang sudah memiliki sepuluh karyawan di tiga cabang. Bahkan ada orang yang mau membeli bengkel mereka. Hal ini tentunya semakin membuat Ahass dan Tayo bahagia, mereka pun menangis mengingat perjuangan mereka di awal, mulai dari melamar kerja tapi di tolak hingga akhirnya bisa membuka bengkel bersama. 

Ahass dan Tayo pun pulang ke rumah mereka dengan membawa mobil dan oleh-oleh yang banyak. Tentu, perubahan itu dapat terjadi karena ada niat dan usaha yang telaten! Kini kedua orang tua masing-masing pastinya akan merasa sangat bangga melihat anak mereka yang tadinya pergi dengan modal motor dapat kembali dengan hal ini terindah, yaitu membawakan mobil baru.

- SELESAI -



BIODATA PENULIS

Nama : Yuarandhi Shulistyo Nooraruma

Kelahiran : Pati, 20 Desember

Email : yuarandhi.shulistyon@gmail.com


Media Sosial

♤ Instagram: @yuarandhi

Posting Komentar

0 Komentar