IKLAN

www.jaringanpenulis.com

SAMPAI UJUNG WAKTU karya cerpenis, Wiga Purnama Sari

SAMPAI UJUNG WAKTU
Karya Wiga Purnama Sari

sumber gambar : google

Aku mencintaimu saat ini, esok dan selamanya, tak peduli beribu penghalangnya, penolakanmu sekalipun tak akan menghentikanku. Bahkan aku ingin kematianpun tak akan menjadi batas akhir aku mencintaimu.

Dengan malas kulangkahkan kakiku menuju balkon kamarku memperhatikan pemandangan sekitar penginapanku yang tak biasa aku nikmati dengan santai.
Gelombang lautan yang tampak memutih saling kejar mengejar tanpa henti, mereka terlihat begitu ceria berlarian tanpa henti. Angin pantai menyapu wajahku dengan lembut aroma laut hangat memenuhi rongga hidungku tak seperti biasa, pantai dan lautan selalu berhasil membuatku damai tapi tidak kali ini. Resah dan gundah tetap menggebu dalam diriku.
Aku, Arsheyna Ravandra. Biasa disapa Sheyna tapi aku sendiri menyebut diriku dengan nama panggilan Nana, gadis 18 tahun yang bersekolah di salah satu SMA kota Jakarta. Saat ini, aku sedang berada di salah satu pulau, yaitu kepualauan Riau.
“Sheyna... Ayo, kita jalan mumpung ada di sini, tempatnya bagus lho!” ajak Andin, sahabatku.
“Malas Din, kamu aja deh, yang pergi. Aku mau di sini aja,” sahutku tak bersemangat.
“Ya ampun Sheyna, kita kesini itu buat liburan, buat senang-senang. Ayolah!” paksa Andin yang akhirnya kuturuti walau sebenarnya aku sedang tidak ingin ngapa-ngapain saat ini.
Sepanjang perjalanan menelusuri tepian pantai, aku hanya diam sembari menatap lautan yang seakan tak berujung sedangkan Andin sibuk dengan ponselnya berfoto-foto ria. Tubuhku memang di sini namun pikiran dan hatiku melayang jauh ke tempat lain. 
“Sheyna udah dong, jangan murung terus! Aku tahu ini pasti sakit untuk kamu tapi kamu harus kuat dan buktiin kalau kamu baik-baik aja tanpa dia!” ucap Andin seraya merangkulku.
“Aku gak bisa Din, aku mau segera balik ke Jakarta. Aku harus dapat penjelasan dari Aldo,” jawabku.
Aldo, seseorang yang sudah bersamaku selama satu tahun lebih, seseorang yang sangat kucintai. Yang selalu bisa membuatku tersenyum dan bangkit dari luka dan kesedihan yang sudah-sudah. Namun... Entah, kenapa tiba-tiba dia menghilang. Lalu, muncul kembali bersama wanita lain sebagai pacarnya. Itu kali pertama Aldo menyakitiku benar-benar menyakiti.
“Lusa kita juga sudah balik ke Jakarta, kamu sabar dulu ya? Sementara itu, nikmatilah tempat ini dulu. Kan ini tempat pilihan kamu,” ujar Andin mencoba menenangkanku. Namun, memang pada dasarnya aku benar-benar sudah ingin kembali dan segera mendapat penjelasan dari Aldo.
Aku benar-benar tak menyangka Aldo akan melakukan ini kepadaku, bahkan sekarang dia memutus semua kontaknya denganku. Dia pergi tanpa sepatah katapun sedangkan selama ini, aku rasa tak ada masalah apapun antara aku dan dia. Intinya, semua baik-baik saja, namun tiba-tiba dia berubah seperti itu. Mengejutkan bukan?
Dua hari berlalu... Siang ini, aku sudah sampai di Jakarta, aku langsung menuju rumahnya Aldo yang terletak cukup jauh dari rumahku tanpa pulang terlebih dahulu bahkan barang bawaan kutitipkan pada Andin yang memang tetanggaku juga.
“Kamu yakin Na? Enggak pulang dulu? Nanti kalau mama kamu nanyain kamu ke aku gimana?” tanya Andin, saat tahu aku akan langsung ke rumah Aldo setelah tiba di bandara.
“Aku gak akan lama kok. Lagian jam segini mama pasti gak ada di rumah. Sebelum mama pulang aku juga udah di rumah kok! Tenang,” sahutku sambil bersiap berangkat. 
Dalam terik sinar mentari yang menyiram kota Jakarta, aku duduk dengan gelisah di dalam taksi yang tengah berjuang menerobos kemacetan ibukota. Satu jam kemudian, aku sampai di depan rumah Aldo namun rumah itu terlihat kosong.
“Neng Sheyna nyari Aldo ya?” tanya seorang ibu yang tinggal di sebelah rumah Aldo yang memang sudah kukenal baik karena sering bertemu.
“Iya, Bu. Aldo kemana ya, Bu?” sahutku sembari balik bertanya.
“Aldo dan keluarganya baru saja pindah tadi pagi, Neng. Apa Aldo tidak kasih tahu?” jawab beliau.
“Hah?!? Pindah, Bu? Tidak. Aldo tidak cerita. Apa Ibu tahu mereka pindah ke mana?” ucapku sembari bertanya.
“Aduh, Ibu juga lupa nanya mereka pindah ke mana, Neng! Coba si Eneng hubungi Aldo!” jawab beliau kembali.
Hatiku yang sudah hancur semakin hancur, bahkan sekarang Aldo benar-benar menghilang dari pandanganku. Aku tak tahu dia ke mana. Aku pulang dengan tangan hampa. Jangankan penjelasan dari Aldo, bahkan keberadaan Aldo pun sekarang aku tak tahu. Ke mana aku harus mencarinya? Aku tak masalah jika Aldo tak mau kembali bersamaku. Aku hanya mengharapkan penjelasan darinya tentang ini semua.
Satu bulan berlalu, aku masih belum menemukan keberadaan Aldo. Hari ini, Bagas, sahabat kecilku dari Karawang datang berkunjung. Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya. Kami terpisah 3 tahun. Lalu, sejak aku dan keluarga pindah ke Jakarta tidak pernah bertemu kembali tetapi masih berkomunikasi.
“Na, kamu masih belum tahu di mana keberadaan Aldo?” tanya Bagas pagi itu.
“Belum, aku bingung gimana lagi cara buat ketemu dia?” sahutku.
“Aku tahu dia masih di Jakarta kok,” ucap Bagas membuatku heran.
“Apa maksud dari ucapannya dan dari mana dia tahu kalau Aldo masih di Jakarta?” tanyaku dalam hati.
“Apa maksudmu? Kamu tahu dari mana kalau Aldo masih di Jakarta?” tanyaku heran, menyelidik.
“Kamu kan pernah cerita kalau keluarganya punya books store online kan, kemarin lusa aku sempat beli novel limited edition di sana. Aku ambil langsung ke tempatnya yang ada di Karawang dan aku ketemu dia di sana. Seingatku waktu itu aku mau balik ke Jakarta,” terang Bagas menceritakan semuanya kepadaku.
“Kamu bertemu dengannya? Kamu yakin itu Aldo?” tanyaku tak percaya.
“Yakin 100% Na. Aku sempat bicara juga kok sama dia. Gimana kalau kita cari keberadaannya di Jakarta?” tawar Bagas.
“Caranya?” tanyaku kebingungan.
Bagas langsung mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan beranda books store online milik keluarga Aldo.
“Dengan cara ini,” ucapnya sambil mengklik salah satu link yang terdapat di bio beranda itu.
Dia sibuk mencari-cari buku yang akan di belinya di katalog dan langsung memesannya. Tak butuh waktu lama ia mendapatkan alamatnya untuk mengambil buku tersebut ke tempatnya yang tersedia di area Jakarta. Tak pernah terpikir olehku cara itu sebelumnya.
Tanpa membuang waktu, aku dan Bagas langsung menuju ke alamat yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Tak lama kemudian kami sampai di tempat yang menjadi tujuan kami. Sesampainya, terlihat sebuah rumah yang cukup bagus di depan kami. Kini Bagas turun dari mobil sedangkan aku menunggu di dalam mobil sambil memastikan, apa disana ada Aldo atau tidak. Tak lama kemudian, seorang pemuda yang sangat kukenal keluar dari rumah tersebut membawakan buku pesanan Bagas. Terlihat mereka sedang berbincang sambil sesekali tertawa. Mungkin karena sebelumnya mereka juga sudah pernah bertemu dan itu juga baru bebrapa hari yang lalu. Pikirku.
Aku langsung turun dari mobil dan bergegas ke sana. Aldo tampak kaget melihat kehadiranku. Air mataku berlinang menatap Aldo yang kini berdiri terpaku dihadapanku.
“Kenapa Al? Ada apa? Apa salahku sehingga kamu tega buat aku begini?” tanyaku to the point pada Aldo.
“Sorry Na, aku gak bermaksud buat nyakitin kamu tapi hubungan kita emang gak bisa buat dilanjutin lagi,” jawab Aldo mengiris hatiku.
“Ya tapi kenapa Aldo? Kenapa kamu harus ngilang gitu aja tanpa sepatah katapun? Apa karena Alifa?” Ketegasanku meminta penjelasan.
Saat itu juga, tangisku sudah pecah. Air mataku mengalir membasahi kedua bukit pipiku, memudarkan bedak yang kupakai.
“Kamu tahu dari mana tentang Alifa?” tanya Aldo kaget.
Mengetahui aku tahu tentang Alifa, si perempuan yang kini tengah merajut kasih bersamanya. Sungguh, reaksi Aldo terlihat jelas betapa terkejutnya!
“Gak penting aku tahu dari mana. Aku gak masalah kok, kalau kamu mencintai perempuan lain. Aku juga gak masalah kamu lebih milih Alifa daripada aku tapi gak gini caranya Aldo. Setidaknya katakan padaku kalau kamu udah gak mau sama aku lagi, bukannya ngilang gitu aja,” ujarku panjang lebar sembari terisak.
“Aku minta maaf, Sheyna. Aku terpaksa lakukan itu karena aku takut kamu sakit hati. Makanya, aku menghilang gitu aja,” ujar Aldo.
“Lalu, kamu pikir dengan begini aku gak sakit hati? Kamu pikir aku baik-baik aja? Apa kamu gak mikir gimana hancurnya aku saat kamu yang tiba-tiba aja lenyap bagai di telan bumi?” sahutku di antara isak tangisku yang semakin menjadi hatiku benar-benar terasa sakit.
“Maafkan aku Sheyna, aku benar-benar minta maaf.” Hanya itu yang terus terucap dari berulang kali dari Aldo, membuatku jengah.
Tanpa diduga, disana sudah hadir seseorang yang aku sudah tahu siapa, seseorang yang kini menambah rasa sakit di hatiku. Hatiku sudah pecah berkeping-keping oleh pengkhianatan Aldo. Aku yang tulus mencintainya ternyata tak ada artinya untuknya. Kini semakin hancur melihat kebersamaannya dengan perempuan lain. Kupandangi gadis yang baru datang itu. Kini berdiri di sebelah Aldo sembari menggandeng tangan Aldo.
“Terima kasih Aldo atas semuanya. Terima kasih untuk luka dan pengkhianatanmu,” ujarku pilu sambil berlari meninggal tempat itu.
Aku terus berlari tanpa mempedulikan Bagas yang terus mengejar dan memanggilku. Hatiku patah bahkan hancur karena satu-satunya orang yang kuharapkan dan aku percaya selama ini ternyata malah mengkhianatiku dengan cara yang sangat menyakitkan seperti ini.
Aku terus berlari tanpa tahu kemana arah tujuan dari langkahku hingga aku tersadar oleh sebuah suara panjang. Seketika langkahku terhenti, sebuah mobil melaju kencang ke arahku. Tanpa sempatku menghindar, benda itu menghantam tubuhku dengan keras hingga aku merasa terpental jauh.
Suara Bagas yang memanggil namaku masih bisa kudengar walau perlahan mulai samar. Pandanganku pun mulai buram dan akhirnya semua gelap. Namun suara-suara kecil di sekitarku masih bisa kudengar. Aku bisa tahu di sana ada Aldo dan suara perempuan itu,  pasti Alifa. Aku ingin sekali melihat mereka tapi sebuah cahaya putih yang menyilaukan datang menyelimutiku dan.... Ah!
Hening! Aku tak lagi melihat mereka ataupun mendengar suara mereka. Ternyata; aku pergi dari dunia mereka. Aku sudah pergi untuk selamanya. Akhirnya, aku membawa cintaku pada Aldo sampai ujung waktuku.
“Selamat tinggal semua. Selamat tinggal Aldo! Semoga kamu bahagia bersama dia pilihanmu. Aku masih tetap mencintaimu. Selamat bertemu di surga!” pamitku memecahkan tangisan Bagas.
SEKIAN


Biodata Penulis
Nama Penulis : Wiga Purnama Sari
Asal Kota : Bukit Tinggi

Media Sosial
Instagram : @wiga.ps17
Email : wigateratai09@gmail.com

Posting Komentar

0 Komentar