IKLAN

www.jaringanpenulis.com

Dina Souvanna menuangkan perasaannya dalam cerita pendek berjudul, "Cinta Pertama Tak Seutuhnya Abadi."

CINTA PERTAMA TAK SEUTUHNYA ABADI
Karya : Dina Souvanna

sumber gambar : google

Namaku Kirana Anugrah Ramadhan, usiaku 15 tahun dan aku duduk dikelas IX di SMP Cahaya Garuda. Raditya Bintang Chaniago, nama cowok yang aku sukai sekarang ada di kelas XI SMA Bintang Garuda. Ternyata, dia itu saudara tetanggaku. Kisah pertama kali aku melihatnya, aku sudah jatuh hati dengannya tetapi aku tidak tahu bagaimana perasaannya kepadaku. Mungkin, dia juga memiliki perasaan sepertiku? Bisa jadi tidak. Ah, sudahlah!
Pada sore hari itu, turunlah hujan yang sangat deras. Aku sering sekali duduk di depan rumah tetanggaku yang sedang jualan pisang goreng. Tiba-tiba saja abangnya Raditya datang menuju depan rumah tetanggaku untuk membeli pisang goreng.
"Bu, saya pesan pisang gorengnya 20 ribu ya?” kata abang Raditya.
"Baiklah! Nanti kalau sudah masak semua pisang gorengnya akan segera saya antarkan," jawab ibu itu.
"Baiklah, Bu. Saya tunggu pesanan saya,” tegas abang Raditya sambil memberikan kertas kecil berisi alamat rumah.
"Iya nanti akan segera diantarkan oleh Kirana," jawab ibu itu.
"Ok. Terima kasih," jawab abang Raditya.
Aku sangat kaget dan jantungku mulai berdegup kencang waktu disuruh mengantarkan pisang gorengnya ke depan rumah tetanggaku. Aku pun melangkahkan kakiku ke depan rumah tetanggaku untuk mengantarkan pisang goreng tersebut. Walaupun hujan masih deras, aku pun tetap melangkahkan kakiku ke depan rumah tetanggaku dengan memakai payung.
Sewaktu aku sampai di depan rumah tetanggaku, aku memanggil tetanggaku untuk memberikan pisang goreng tersebut. Ternyata, waktu aku memanggil tetanggaku yang keluar dari dalam rumah sesuai alamat ialah Raditya.
"Ibu ini pesanannya,” ucapku perlahan melirih.
"Oh, ini pesanan aku ya?" jawab Raditya.
“........." Aku terdiam sejenak.
"Kenapa diam?" jawab Raditya.
"Ha? Iya ini pesanan kamu. Semuanya 20 ribu," jawabku sambil memberikan pisang goreng itu ke Raditya.
Sewaktu Raditya ingin memberikan uang kepadaku, tetanggaku malah memanggil Raditya agar ia tidak membayar pakai uangnya. Raditya menolak uang yang diberikan oleh tetanggaku karena Raditya ingin membayar pisang goreng yang dibelinya pakai uangnya sendiri. Tetanggaku pun hanya tersenyum disaat Raditya menolak uang darinya.
Beberapa menit kemudian...
"Sebentar ya, aku ambil uangnya dulu di dompet;" jawab Raditya.
"Iya,” setujuku.
Raditya keluar menghampiriku hendak memberikan uangnya kepadaku. Tiba-tiba...
"Radit pakai uang ini aja,” kata saudara Raditya.
“Tidak, Bu. Terima kasih, aku aja yang bayar," jawab Raditya.
"Ya sudah," jawab saudara Raditya.
"Ini uangnya. Dua puluh ribu kan ya?" jawab Raditya sambil memberikan uangnya kepadaku dan uangnya pun terjatuh.
Aku hanya terdiam sambil berdiri karena masih memandangi Raditya yang begitu sangat dekat. Sejenak aku tersadar dari sikap salah tingkahku dan ternyata, aku mengambil uang itu bersamaan dengan Raditya, macam cerita perkenalan ala-ala FTV dimulai.
***
Malam harinya, tetanggaku duduk di depan rumahnya bersama saudaranya Raditya dan abangnya. Di depan rumah tetanggaku itu, mereka berdua berbincang-bincang sambil tertawa bahagia. Aku sangat bahagia karena dapat melihat wajahnya Raditya tetapi aku tidak yakin dapat berkenalan lebih dekat dengannya.
"Kirana, ke sini dong!" ajak kakak sepupu yang ternyata sudah bergabung dengan mereka bertiga.
“Aku di sini aja,” jawabku.
"Gak usah malu- malu dek," jawab kakak sepupu sambil melambaikan tangannya yang mengisyaratkan menyuruhku bergabung dengannya.
"Enggak kak!” tegasku.
Beberapa menit kemudian, aku terkejut mendengar suara notifikasi di HP android ku. Lalu kubuka aplikasi media sosial facebook ku dan kubaca.
"Kakak cari tahu nama facebook-nya ya? Hehehe.” Tulis kakak sepupuku di inbox facebook sambil meledekiku seakan dapat membaca suara hatiku.
"Makanya kamu ke sini, gabung sama kakak.” Tulis kakak sepupuku kembali.
"Enggaklah, aku malu kak,” balasku.
Kini percakapan via inbox facebook masih berlanjut.
Kakak Sepupu : Kalau kamu suka sama Raditya lebih baik kamu ke sini dik. Ngobrol-ngobrol bersamanya mumpung ada kesempatan.
Kirana : Tapi aku gugup kak. Jika duduk di sampingnya.
Kakak Sepupu : Oh, ya sudah kalau gak mau. Kakak tanyain ya nama facebook Raditya.
Kirana : Terima kasih kakak sepupuku.
Kakak sepupu : Iya sama-sama adik sepupuku.
Aku sejenak kembali memperhatikan kakak sepupuku yang mulai mengintrogasi Raditya.
“Radit, nama facebook kamu apa?” tanya kakak sepupu
"Kenapa kak?" jawab Raditya.
"Ada yang minta nama facebook kamu, Dit!” jawab kakak sepupu.
"Siapa kak? Kenapa dia gak minta sendiri sama aku?" jawab Raditya.
"Katanya dia malu minta sama kamu,” jawab kakak sepupu.
"Nama dia aja sini, Kak. Biar aku tambahkan pertemanan langsung," jawab Raditya.
"Namanya Kirana Anugrah Ramadhan,” jawab kakak sepupu.
"Sudah aku tambahkan pertemanan ya kak. Bilang sama dia jangan lupa di konfirmasi kak,” jawab Raditya sambil tersenyum.
"Siap!” tegas kakak sepupu.

Keesokan harinya, aku terkejut ketika membuka facebook.
Raditya : Hai, terima kasih atas konfirmasinya.
Sesegera aku membalasnya dan mulai berlanjut kembali perkenalanku dengannya.
Kirana : Hai juga. Iya sama-sama.
Raditya : Salam kenal, Kirana.
Kirana : Salam kenal juga.
Raditya : Hari ini aku pulang ke Bandung.
Kirana : Kok cepat sih, kan kita belum banyak cakap bersama.
Raditya : Kamu kemarin disuruh gabung gak mau.
Kirana : Aku kan malu, Radit.
Raditya : Aku mau siap-siap pulang ke Bandung dulu ya. Kamu hati-hati di sini dan jaga diri kamu baik-baik.
Kirana : Iya, kamu juga Dit.
Raditya : Good bye, Kirana.
Sejenak aku dan Raditya tersenyum bersamaan melihat arah luar jendela kamar. Ternyata aku dan Raditya berhadapan. Kini aku dan Raditya saling tersenyum.
****
Waktu silih berganti, aku dan Raditya masih berkomunikasi lewat sosial media facebook.
Raditya : Na, gimana kabar kamu?
Kirana : Kabar aku baik. Kalau kabar kamu gimana?
Raditya : Kabar aku juga baik kok. Oh ya, kamu udah makan?
Kirana : Udah. Kalau kamu udah makan?
Raditya : Btw, kamu udah punya pacar belum?
Kirana : Belum. Memangnya kenapa Dit?
Raditya : Kamu mau gak jadi pacar aku?
Kirana : Kasih aku waktu dua hari untuk menjawabnya.
Raditya : Baiklah, Na. Aku tunggu jawaban kamu.
***
Dua hari kemudian, Raditya mengabarin aku kembali dari facebook dan menyatakan cintanya serta meminta nomor HP ku.
Raditya : Na, gimana jawaban kamu?
Kirana : Iya, aku mau jadi pacar kamu.
Raditya : Serius, Na? (disertai emoticon kaget).
Kirana : Iya, aku serius.
Raditya : Baiklah, Na. Oh ya, sekarang kita resmi pacaran.
Kirana : Iya, Raditya sayangku. Wkwkwk.
****
Empat bulan kemudian, tiba-tiba saja Raditya tidak ada kabar sama sekali. Di bulan Desember Raditya langsung menghubungiku untuk terakhir kalinya dan mengajakku ketemuan. Tiba-tiba saja Raditya membatalkan niatnya untuk ketemu denganku dan aku pun sangat kecewa dengan sikapnya Raditya yang sudah berubah drastis. 
Sejak saat itu, aku berusaha mengubur rasa kecewaku dengan cara tetap memberikan Raditya kesempatan. Kini Raditya menghubungiku lewat telepon. Aku dan Raditya bercakap-cakap.
Raditya : Na, besok aku datang ke Jakarta. Kita ketemuan di pasar malam. Kamu mau gak, Na?
Kirana : Aku mau kok. Kamu beneran datang kan? Soalnya kita kan udah lama banget LDR-an, Dit.
Raditya : Iya aku tahu, Na. Makanya kita ketemuan.
Kirana : Oke.
****
Sekitar dua jam kemudian, tiba-tiba saja Raditya menghubungiku dan kembali membatalkan pertemuan kita. Entah, apa alasannya!? Aku tidak tahu, kenapa Raditya mempermainkan perasaan rinduku? Hmm....
Sekitar Januari, setelah selesainya malam tahun baru. Tiba-tiba kakak sepupuku mengabari aku, bahwa Raditya sudah meninggal karena kecelakaan. Aku pun sangat tidak menyangka mendengar berita Raditya meninggal dan aku langsung melihat akun facebook nya karena saking tak percaya. Ternyata kabar Raditya meninggal benar. Aku hanya bisa berdiam dan menangis karena kehilangan Raditya dan aku pun hanya bisa merasakan cinta itu sejenak.
“I love Raditya Bintang Chaniago. Tidurlah bersama malaikatku!” tutupku sembari menatap akun facebook Raditya yang sudah dipenuhi dengan ucapan selamat jalan.
Tak terasa air mata yang sudah terbendung, perlahan tumpah melumuri kedua pipiku.
SEKIAN.

Biodata Penulis
Nama Lengkap : Dina Souvanna
Nama panggilan: Souvanna

Posting Komentar

0 Komentar