Masuk sebuah SMK bukan berarti siswanya tidak bisa masuk
Perguruan Tinggi dan langsung bekerja. Bisa saja, dengan masuk SMK semua
siswanya menjadi lebih terampil dalam melakukan kegiatan mereka dan membantu
para siswa mendapat bekal untuk tahu pekerjaan apa yang bisa digunakan untuk mengisi
waktu luang mereka. Selain itu, pemerintah telah gencar mendorong SMK berkreavitas
dalam kehidupan bersekolah maupun bermasyarakat dan sebagai penggerak ekonomi
negara. Kemendikbud melalui Direktorat Mitras DUDI mendata beberapa sekolah kejuruan
yang telah mampu menghasilkan produk karya sekolah-sekolah tersebut.
Salah satunya adalah SMKN 2 Jeneponto, Sulawesi Selatan yang terus mengembangkan usaha POBUSAKE, Pot Bunga dari Sabut Kelapa bersama para
muridnya. Pandemi Corona bukan menjadi penghalang bagi kepala sekolah, guru,
staf sekolah maupun para murid untuk bekerja. Pada pertengahan tahun 2020,
justru mereka memulai usaha POBUSAKE. Meskipun produk tersebut masih baru dan
dalam tahap pengembangan, namun prospek kedepan sangat menjanjikan.
Pot Bunga Sabut Kelapa |
Pada mulanya, para guru SMKN 2 Jeneponto mendengar adanya problem
limbah sabut kelapa dari masyarakat sekitar dan mereka memberi ide sedikit
pengembangan kepada para siswa dan siswi SMK N 2 Jeneponto. Siswa-siswi pun memanfaatkan limbah sabut
kelapa dengan menjadikannya pot bunga. Pemanfaatan limbah sabut kelapa tersebut
menjadi barang yang bernilai bagi guru, siswa maupun masyarakat sekitar.
Adapun, proses pembuatan POBUSAKE juga tidak sulit, satu siswa bisa menghasilkan tiga buah
pot dalam satu hari. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat satu pot bunga adalah sabut
kelapa dari penjual kelapa dan kawat rang yang dibeli dari toko bangunan. Modal
pembuatan satu pot bunga adalah Lima Belas Ribu Rupiah.
Tantangan terbesar para siswa dalam membuat produk POBUSKE
adalah kesusahan memasukkan sabut dalam rangka, perlu keahlian khusus
dalam memasukkan sabut tersebut. Adapun, POBUSAKE sudah pernah dipasarkan
secara online untuk mendorong industri UMKM. Strategi pemasaran mulai dari
media sosial, sistim keluarga dan titip toko. Kisaran harga jual produk tersebut sekitar
Dua Puluh Lima Ribu sampai Empat Puluh Ribu Rupiah, harga ditentukan ukuran dan model.
Diknas setempat sangat mendukung dan mendukung hasil karya
siswa-siswi SMKN 2 Jeneponto yang sudah masuk dalam daftar salah satu SMK terbaik di
Kemendikbud. Pak Haji Basse selaku kepala sekolah SMKN 2 Jenepponto sangat
berharap agar pengembangan pot dari sabut kelapa ini bisa dipadukan dengan berbagai jenis tanaman hias, sehingga hasil jualnya bisa lebih tinggi apalagi di Indoensia ini kaya akan berbagai jenis tanaman yang bisa dijadikan tanaman hias.
“Buka peluang berwirausaha sebanyak mungkin. Tingkatkan UMKM.
SMK bekerja, bukan tidak bekerja. Di sekolah sudah dapat ilmunya, sudah praktek, sudah tau hasilnya, tinggal melanjutkan dan mencari peluang-peluang lainnya," ungkap beliau saat dihubungi tim Jaringan Penulis Indonesia.
SMKN 2 Jeneponto sudah membuktikan, walau ditengah pandemi COVID-19, mereka tetep bisa berkarya, bahkan mampu bangkit dengan membuat karya sekolah yang unik dan menarik berbahan limbah. Penasaran dengan PUBUSAKE karya anak-anak SMKN 2 Jeneponto? Silahkan langsung menghubungi akun-akun sosial media resmi milik SMKN 2 Jeneponto. Mari kita dukung produk lokal karya sekolah.
Berikut ini adalah daftar media sosial SMKN 2 Jeneponto:
0 Komentar