IKLAN

www.jaringanpenulis.com

Fitri Anggraeni dengan cerpennya, "BROKEN"

BROKEN
Karya Fitri Anggraeni

sumber gambar : editor aplikasi

Pertemuan awal, di mana seorang Prita Ananta dipertemukan dengan seorang cowok yang selalu menjadi nomor satu di sekolahnya, yaitu Ferdi Fadhilah Chandra. Ia  ternyata, seorang ketua rohis sekaligus ketua OSIS di sekolahnya Prita sedangkan Prita hanya gadis belia yang baru saja masuk bangku di sebuah SMA negeri. Ketika kedua orang tua Prita mendaftarkan dirinya beberapa pekan lalu, tepanya dua hari yang lalu, ia sudah di panggil oleh ketua OSIS karena Prita tidak memakai topi saat upacara. Akan tetapi, tidak ada yang tahu kalau ternyata, seorang ketua OSIS yang terlihat dingin itu malah berbaik hati memberikan topinya ke Prita.
Dari sana Prita menyimpulkan bahwa ketua OSIS tidak semuanya dari kalangan badboy seperti dalam novel-novel remaja yang ia baca karena Prita melihat perlakuan Ferdi padanya yang begitu mempesona seperti seorang pasangan yang mampu menjaga hati pasangannya. Huft. Prita terlalu cepat percaya diri dan gila rese seperti saat ini. Di mana momen ketika Prita sedang mengerjakan soal fisika yang tadi guru fisika kasih di depan. Namun, otak Prita seakan-akan mati karena ia tidak bisa mengerjakan satu soal pun dari lima soal yang tertera di papan tulis tersebut. Ternyata, pikirannya terlalu fokus pada seorang ketua OSIS yang sudah bikin Prita berimajinasi.
“Prita!” panggil Bu Teti padanya. 
“Iya Bu?” 
“Mana tugasmu?” tanya Bu Teti dengan wajah garangnya. 
“Em ... Ma ... Maaf, Bu. Prita belum mengerjakan tugas tadi,” ucap Prita sambil meringis untuk menutupi kalau ia ketahuan bahwa sedari tadi ia melamun bukan mengerjakan tugas dari Bu Teti.
“Pritaaaaa ... Prita ... Kamu ini baru saja masuk SMA tapi sudah absen tidak kerjain tugas,” ujar Bu Teti sambil geleng-geleng kepala melihat tingkahnya Prita.
“Maaf Bu,” ucapnya.
“Sekarang kamu keluar! Jangan mengikuti kelas ibu sampai kamu berhasil menyelesaikan soal-soal itu. Oh ya, soalnya ibu tambah menjadi 10 karena kamu tidak fokus saat mengikuti pelajaran ibu!”
Seketika kelas menjadi ribut karena para murid lainnya menyuraki Prita.
“Hah?! Kok, gitu sih, Bu? Saya kan melakukan kesalahan cuma sekali,” protes Prita.
“Iya. Ibu tahu sekali tapi kalau tidak diberi hukuman yang pantas nanti kamu menyepelekan lagi,” tegas Bu Teti dengan nada galak.
“Ibu ih. Suudzon aja.” 
“Terima atau hukuman kamu ibu tambah?” 
“I ... Iya, Bu.”
Prita segera keluar sambil membawa peralatan tulis-menulisnya untuk mengerjakan tugas di lain tempat. Tak lupa, Prita berpamitan pada Bu Teti sebelum ia keluar kelas. Prita menatap ke segala arah yang di mana teman-temannya memandangnya dengan berbagai macam pandangan seperti yang ada dipikiran Prita; miris, kasihan, dan sinis. Kini ia merenungkan hal yang ia tidak habis pikir bahwa belum seminggu ia benar-benar menjadi siswi SMA tapi malah mendapatkan hal memalukan seperti ini.
>>>
Pukul 09.00 WIB sekarang, Prita berada di taman sekolah sembari mencoba mengerjakan soal-soal yang tidak ia mengerti sama sekali, apalagi soalnya menjadi bertambah karena Bu Teti memberikannya sebagai bentuk hukuman agar Prita lebih disiplin lagi. Prita mencoba terus memahami soal yang ada di depannya namun, benar-benar tidak ada gambaran sedikit pun. Otaknya blur! Tiba-tiba seseorang duduk di sebelah Prita dan menyodorkan sebotol minuman dingin padanya. 
“Kakak ngapain di sini?” tanya Prita yang tiba-tiba saja Ferdi duduk di sebelahnya dan menyodorkan minuman. 
Sejenak Ferdi berkata, “Aku tahu... Kamu lagi di hukum kan? Makanya biar agak seger dan bisa berpikir jernih, jadi aku kasih kamu minuman. Coba minum dulu!”
“Terima kasih banyak, Kak.” Prita menjawab dengan senyum tipis tetapi Ferdi membalas senyuman Prita dengan senyum lebar.
“Kamu lagi ngerjain apa sih?” tanya Ferdi.
“Fisika, Kak,” jawab Prita.
“Udah berapa banyak soal yang dikerjain?” 
“Hehe ... Belum sama sekali. Soalnya Prita gak bisa. Prita tadi gak memperhatikan Bu guru ngajar. Makanya Prita jadi bingung sendiri,” jengkel Prita.
“Oh, sini aku bantu! Pertama-tama nih, kamu cari tahu dulu mana rumusnya terus masukin deh, angka-angka ini ke rumusnya. Nah, tnggal hitung!” jelas Ferdi.
“Emm ... Ok deh, Prita coba!”
Sesaat kemudian, keduanya larut dalam peristiwa itu hingga tidak sadar jika perasaan suka keduanya mulai tumbuh menjadi rasa cinta.
>>>
Seminggu kemudian...
Semakin hari, semakin tampak bahwa kedekatan antara Ferdi dan Prita bukan hanya sekedar teman biasa karena sekarang pun, keduanya pulang bersama. Wajar jika terlihat jelas kalau Ferdi yang mengantar Prita pulang.
“Terima kasih, Kak,” ucap Prita dengan memberikan senyuman termanisnya.
Prita pamit masuk pada Ferdi yang masih setia di motornya. Ferdi tersenyum, mengangguk, dan kembali ke arah motor yang terparkir. Kemudian Ferdi segera menghidupkan lagi motornya dan melesat pergi.
“Itu siapa, Dik?” tanya ibunya Prita yang melihat kepergian Ferdi dari jendela.
“Itu temen Prita, Ma.”
“Ya sudah, sana ganti baju terus mandi! Mama mau nyiapin makanan buat Papa pulang nanti.”

****

“Ini apa?!” bentak seseorang sambil melemparkan sebuah kertas.
“Apa yang selama ini kamu lakukan Ferdi? Kenapa nilaimu bisa turun dengan begitu cepat, padahal ayah lihat nilaimu seminggu kemarin bagus?” ujar ayahnya Ferdi.
Ferdi terdiam mendengar amarah ayahnya yang marah-marah karena mendapati hasil ulangan Ferdi tak sesuai dengan hasil yang diharapkan ayahnya.
“Ayah tidak mau tahu, pokoknya perbaiki nilai-nilai kamu!” tegas ayahnya Ferdi, setelah itu, ayah Ferdi segera pergi. 
>>>
Esok hari, pukul 10.00 WIB
Jam istirahat tiba. Prita berencana memberikan sebuah kotak yang berisi makanan kepada Ferdi. Ternyata, hari ini ia yang memasaknya khusus untuk Ferdi. Saat di koridor sekolah, Prita melihat Ferdi dan langsung menghampirinya. 
“Ferdi,” panggilannya.
Prita tersenyum ke arahnya tetapi, ketika ia sampai di sana dan Prita berkata, “Aku bawain kamu makanan untukmu. Nih!”
Prita menyodorkan kotak makanan tersebut. Namun, siapa sangka bahwa seorang Ferdi akan menepisnya hingga kotak makanan itu jatuh. 
Saat itu juga, Prita berpikir antara bingung dan kecewa. Prita menatap Ferdi dengan pandangan tidak mengerti. 
“Mulai sekarang, detik ini juga, jauhin aku! Kamu gak usah samperin aku ataupun bawain aku makanan seperti ini,” ucap Ferdi pedas membuat Prita berkaca-kaca.
Ferdi pergi dengan dingin.
“Jangan lagi gangguin aku!” lanjutnya. 
“Ta ... tapi kenapa? Apa salahku sama kamu?” tanya Prita bingung. 
“Kamu gak salah. Di sini aku yang salah,” kata Ferdi. 
“Enggak ... Ada yang salah sama kamu. Cerita dong! Kamu kenapa? Gak biasanya dingin seperti ini sikapmu ke aku?” tanya Prita merasa tak wajar akan sifat Ferdi. 
“Kamu mau tahu? Ikut sekarang!”
Ferdi segera menyeret Prita ke sebuah lorong sekolah yang sepi. Lalu, ia kembali berbicara.
“Kamu tahu, selama ini kita itu cuma buang-buang waktu. Apa yang kita lakukan?! Semuanya cuma hal yang gak berguna!” ucapnya. 
“Aku ... Gak ngerti apa maksud kamu?” 
“Mulai sekarang kita jalani hidup masing-masing dan jangan lagi bicara sama aku atau tegur sapa denganku karena itu akan sia-sia. Cukup sampai di sini!”
Setelah mengatakan itu, Ferdi pergi dan meninggalkan Prita dalam ketidakpastian. Saat itu gadis tersebut luruh, jatuh, dan patah hati karena ia telah menjatuhkan hatinya pada orang yang salah. Ternyata, Prita masih menebak-nebak seperti mengira jika Ferdi, seorang pria yang mampu menjaga hati pasangannya namun, seketika itu Prita memutar balik fakta akan sikap Ferdi yang menjadi dingin padanya.
Sejenak Prita bertanya-tanya sembari meratapi kepatahan hatinya, “Beginikah akhir kisahnya? Patah hati ialah air mata yang Prita tahan kini tidak bisa terbendung lagi dan Ferdi dari kejauhan hanya melihat bagaimana tersiksanya Prita akan keputusannya.”
“I’m sorry Prita.”
Setelah itu, Ferdi berlalu dan kembali menjadi Ferdi yang dulu. Ferdi yang enjoyable namun tidak tersentuh seperti sekarang, seorang Ferdi yang tak mau merasakan jatuh cinta. Saat ini juga, Ferdi mengantapkan untuk menjadi seorang murid yang hanya mengejar prestasi sesuai keinginan orang tuanya karena Ferdi tidak bisa melawan ayahnya. Ferdi sangat mencintainya, meskipun ia menyayangi Prita tetapi rasa yang ia miliki pada Prita tetap tidak sebesar rasa yang ia miliki pada ayahnya. 
Yuhuu, inilah akhir dari kisah cinta Ferdi dan Prita di masa putih abu-abu. Kisah yang menyedihkan bagi seorang Prita, si anak SMA yang baru saja masuk masa remaja dan menjelajahi masa putih abu-abu untuk permulaan mencari cinta sejatinya. SEKIAN.

Biodata Penulis Cerpen
Nama : Fitri Anggraeni
Instagram : @berrylluv_
Email : anggraenif123@gmail.com .

Posting Komentar

0 Komentar