“CINTA SEGURIH PISANG GORENG”
Ide Cerita
Ria M
Skenario
Endik Koeswoyo
Aga (20tahun), menahan lapar di kampus karena ia lupa
bawa dompet ke kampus. Sebagai ketua geng motor, Ia gengsi tidak mau ditraktir teman-temanya
yang akan pergi ke kantin. Aga memilih tetap duduk sok cool di taman, walaupun
teman-teman kampus tertawa tertahan saat mendengar perutnya keroncongan. Tiba-tiba
ia mencium harum makanan, ia mengendus hingga menemukan se keranjang pisang
goreng hangat yang menggodanya tanpa pemilik. Tanpa tengak-tengok ia pun lahap
dan suka karena pisangnya gurih dan lezat. Baru makan dua biji, telinganya
dijewer seseorang. Ia adalah Arum (17
tahun) perempuan itu ternyata pemilik pisang goreng itu. Arum marah daganya
dimakan sembarangan, ia juga menotal dengan harga mahal karena ditambah biaya
ganti rugi . Aga balik marah mengelak pisang gorengnya sangat tidak enak,
mereka pun ribut sampai Aga pamer kekayaan harta. Tidak mau kalah Arum juga
pamer kekayaan, Kaya hati. Arum tidak terima diketawai Aga,ia pun membalas
dengan menulis nama Aga di buku pengutang pisang goreng. Aga marah harga
dirinya jatuh dan mereka ribut lagi.
Sepulang kuliah siang itu, Aga dan teman-teman sedih melihat
kondisi Bram(40 tahun) yang dulunya
seorang raja jalanan, kini kurus kerontang, bengek dan ingusan. Konon, sang
raja jalanan sedang merindui ratu nya, si pujaan hati. Nenek (60 tahun) menceritakan masa lalu Bram bersama mantan pacar
yang bernama Sarah (35 tahun). Kisah
kebersamaan sejak Ibu kandung Aga
meninggal 10 tahun yang lalu itu harus kandas karena Kakek (62 tahun) tidak merestui lantaran Sarah bukan keturunan
darah biru seperti keluarga Kakek.Kakek marah dan melarang membahas tentang
Sarah kembali.
Nenek berpesan ke pada Aga agar diam-diam mencari Sarah
untuk Bram agar kondisinya lekas membaik. Aga juga mendapat dukungan dari
teman-temanya yang kompak untuk menemaninya mencari Sarah. Dengan penuh
semangat, Aga bersama teman-teman langsung berangkat. Di tengah jalan ia
melihat Arum terlihat kesal karena ban sepedanya kempes. Padahal daganganya
masih banyak, tukang tambal juga masih jauh. Aga mengambil kesempatan ini untuk
ngerjain Arum. Motor gedenya dan teman-teman digober-gober di dekat Arum yang
langsung membawelinya dengan makian dan muka Arum merah kesal, ia menunjuk
untuk menyumpahi Aga. Aga langsung pergi ninggalin Arum.
Terpaksa Arum mendorong pulang sepedanya sampai tiba di
rumah dengan keringat mengucur deras dan lemas. Aga kembali mengendarai
motornya untuk mencari Sarah. Di tempat lain, Arum tidak bisa menggoes sepeda
karena kakinya sakit setelah jalan kaki jauh. Hari ini bahkan hari sial bagi
Arum, ia cuma bisa dagang di teras rumah yang sepi, dalam hati ia masih dendam
dengan Aga. Di tengah lamunanya Arum melihat Aga melintas dan berhenti di
seberang depan rumahnya, Aga terlihat menunjukan foto dan bertanya kepada
beberapa orang yang lewat. Dengan cerdik Arum datang pura-pura baik dan
menunjukan alamat rumah yang salah. Aga yang kemudian Aga baru sadar telah
ditipu seharian muter-muter langsung kesal dan makin benci sama Arum.
Aga pulang, ia sedih dan murung melihat
foto-foto saat Ayahnya sehat dan gagah, tetapi ia bingung akan mencari sarah ke
mana. Bram yang makin bengek dan dengan terbatuk lebai pura-pura menghentikan
Aga untuk mencari. Tapi, Aga sangat peka dengan perasaan Bram.
Aga tersenyum dan memberi semangat agar Bram fokus
memulihkan kesehatan Bram sendiri, sedang ia janji akan membawa pulang sang
ratu untuk rajanya itu. Bram terharu dan bangga, meski banyak yang menilai anak
motor itu negatif tapi nyatanya Aga anak semata wayangnya begitu berbakti. Berkeliling
dan mengantar pisang goreng ke rumah pelangganya, Arum memarkirkan sepedanya di
tepi jalan. Aga yang berkendara dengan masih terus melamun sampai-sampai
menabrak sepeda mini milik Arum lengkap dengan sekeranjang pisang gorengnya
ringsek. Arum syok saat kembali.
Melihat sepeda kesayanganya yang sudah rusak dan pisang
goreng berantakan di jalan, Arum menangis lebai sambil memunguti. Mukanya
kembali menyala saat mengetahui pelakunya adalah Aga. Aga meminta maaf dan diam
mengakui kesalahanya. Bagi Arum, ini saat yang tepat untuk mengeluarkan semua
uneg-uneknya, mengutarakan semua kekesalanya tanpa ampun, memarahi sepuas
hatinya.
Setelah itu, Aga dipaksa untuk mengantar Arum pulang. Karena
tidak terbiasa naik motor yang melaju kencang, membuat Arum sakit kepala dan
mual. Aga membawanya ke puskesmas terdekat. Aga tertawa terbaha-bahak mendengar
diagnosa mantri bahwa Arum mabuk motor, Arum memang tidak pernah naik motor
sejak kecil. Arum yang masih lemas masih bisa protes, tapi Aga membela diri,
bahwa ia adalah anak motor yang biasanya juga melaju kencang yang penting tetap
menaati peraturan biar aman. Tapi Arum tetap kesal dan menyurigai bahwa Aga
sengaja mau mencelakainya.
Belum sempat membawa Arum pulang, sekelibat Aga melihat
wajah petugas kesehatan yang sama seperti foto Sarah yang diberikan Bram
untuknya. Aga segera berlari mengejar, tapi sayang di tengah jalan ia
kehilangan jejak. Sial dia harus pulang dengan tangan hampa. Di puskesmas, Arum
kesal karena Aga meninggalkan dirinya sendirian. Lagi-lagi Aga sial, saat ia
pulang menuju rumahnya, sekelompok preman kampung menghadang, meminta hartanya tapi ia hanya diam. Ia kalap
dikeroyok badan babak belur motor juga beberapa bagian hancur, dompet raib
dibawa pergi. Ia ditinggalkan begitu saja di tepi jalan.
Dari arah berlawanan Arum berjalan kaki masih sedikit
sempoyongan. Ia yang mengetahui Aga sebagai korban langsung membawa kerumahnya
yang kebetulan dekat. Beruntung beberapa warga yang melintas juga membantunya
dan membawa motor Aga ke bengkel. Di rumah Arum, Aga meringis kesakitan
diobati, malah disemprot bawelanya yang di atas rata-rata. Karena tadi Aga
meninggalkana dan pulang jalan kaki dari puskesmas. Terpaksa di gubuk reot
milik Arum, Aga harus menginap sejenak. Sebagai hukuman, Arum meminta Aga untu
membantunya bikin dagangan. Mereka yang sama-sama usil menjadikan malam mereka
lebih seru dengan saling lempar tepung, kejar-kejaran, colek-colekan adonan,
menggoreng bersama. Ya, intinya mereka membuat dagangan berdua. Dari sini
gurihnya cinta mulai mereka rasakan.
Saat selesai membuat adonan yang amburadul, gosong, penyet
dan lain-lain itu tak jadi mengapa, bahkan Arum justru senang dan tidak protes.
Mereka tertawa geli melihat hasil akhirnya. Malam itu Aga dijemput
teman-temanya karena Nenek terkena serangan jantung dan dilarikan ke rumah
sakit. Sesampai di rumah sakit ternyata terlambat, Nenek sudah meninggal.
Setelah penguburan Nenek, Aga yang masih murung bersama
teman-teman ke rumah Arum untuk mengambil motor di bengkel dekat rumah Arum.
Aga diledeki Arum yang lahap makan pisang goreng yang disajikan Arum. Aga
menyerah dengan santai dan sok cool dan bilang kalau pisang goreng Arum memang
yang tergurih dan lezat. Tawa dan siulan teman-teman mampu membuat Aga ceria
kembali. Tidak lama setelah itu teman-teman Aga melihat Seorang wanita yang
mereka yakini adalah Sarah. Teman-teman memberi tahu Aga. Aga masih ragu dan
enggan mengejar, mengingat ancaman Kakek.
Tiba-tiba suara Kakek lantang dari dalam mobil menyuruh Aga
mengejar Sarah, Aga diam terheran. Kakek menjelaskan bahwa ternyata benar bahwa
begitu sakit terpisah dari orang terkasih. Aga tersenyum dan mengejar Sarah.
Tetapi terlambat, meski sudah berlari kencang wanita itu sudah pergi naik
motor. Aga bingung mau mengejar motornya belum selesai diservic di bengkel.
Gugup, Aga refleks meraih sepeda mini milik orang dan membonceng Arum mengejar
wanita yang benar ia adalah Sarah. Arum menunjukan jalan rumah Sarah.
Di tengah goesan sepeda yang lumayan kencang, Arum memeluk
badan Aga ketakutan, Aga yang tergetarkan hatinya memelankan goesanya dan
menggenggam erat tangan Arum. Aga tersenyum bahagia, selain Sarah akan segera
dibawa pulang, Aga juga menikmati bersepeda berdua di jalan yang agak sepi
sesekali mereka curi-curi pandang lewat kaca sepion dan tersipu malu-malu.
Aga dan Arum berpisah karena pencarian Sarah telah usai,
yang pasti setelah dipertemukan, kondisi ayah membaik. Apalagi wanita itu
seorang bidan puskesmas jadi Ayah Aga dirawat sepenuhnya dengan baik. Bram
langsung melamar Sarah dan merencanakan pernikahan yang bahagia.
Berbanding terbalik dengan hati Aga yang cemas dalam
merindukan Arum yang hari itu tidak
jualan di kampusnya karena sakit. Begitupun Arum yang rindu dan melamunkanya.
Mereka sama-sama saling mengingat saat-saat bersama. Lagi-lagi Kakek yang
menyadari dan memahami bahwa Aga tengah
galau terpisah dari orang yang dikasihi. Aga curhat kepada Kakek. Aga tidak
rela dan kasihan melihat Arum hidup sendiri di gubuk yang kecil, apalagi dalam
kondisi sakit.
Kakek dengan senang hati meminta agar Aga membawa Arum untuk
tinggal serumah dengan mereka, karena rumahnya juga besar dan tidak ada yang
bantu-bantu mengurus rumah. Aga langsung mendatangi Arum. Namun nampaknya Arum
malu-malu kucing, sok-sokan nolak. Tetapi saat tersenyum melirik, Aga tau
maksudnya dan iapun langsung membopongnya. Arum terkejut dan memukul manja. Di
rumah mewah Ayah, mereka hidup damai. Arum bantu-bantu beberes dan tetap jualan pisang goreng.
Sedangkan Bram dan Sarah touring perdana setelah lama vakum sakit sekaligus
honeymoon. Aga dan Arum curi-curi pandang dan tersipu saat jadi sorakan
teman-teman Aga. Sampai akhirnya Aga memberanikan diri untuk mengutarakan cinta.
Sebagai anak motor yang selalu cool dan tegas, Aga merasa
baru kali ini grogi. Dengan menatap kedua mata Arum, disaksikan sekeranjang
pisang goreng dan menggenggam kedua tangan Arum, Aga mengutarakan cinta yang
langsung dibalas anggukan dan pelukan dari Arum. Sorakan dan siulan dari
teman-teman dan Kakek pun riuh merayakan hari jadian mereka.
-
SEKIAN
-
KARAKTERISASI PEMAIN
1.Aga(20tahun):
Kepala
grub motor yang menjaga harga dirinya, congkak dengan Arum, cool, pendiam,
tampan tapi judes, sayang dengan keluarga.
2.Bram(40tahun):
Julukanya
Raja jalanan, hobi touring, garang, tegas, tegap, kekar, tetapi kondisinya
memburuk karena sakit rindu yang meracuni hidupnya.
3.Arum(17 tahun):
Gadis
manis penjual pisang goreng tergurih yang sudah terkenal di seluruh desa
mekar(desa rekayasa), centil, cerewet, bawel, perhitungan, galak, cerdik, sok
kenal sok dekat.
4. Kakek (62 tahun) :
Galak, wajahnya sangar dan tidak memberi
restu kepada Bram dan Sarah.
5. Nenek (60 tahun):
Baik, pelerai marah kakek, mendukung Aga,
merestui hubungan Bram dan Sarah
6. Sarah(35 tahun):
Ratu
untuk Raja jalanan yang ramah dan keibuan.
0 Komentar